Zaman dahulu kala,hidup lah seorang ibu tua janda yang berada di tanah Sumatera Barat.Namanya adalah Mande Rubiah.Sehari-hari ia bekerja sebagai pengumpul kayu bakar dihutan.Namun,dia tidak sebatang kara.Ia hidup bersama anak laki-lakinya yang bernama Malin Kundang.Konon,kata “Kundang” mempunyai arti Gendong,ini dikarenakan mulai dari bayi sampai berusia 5 tahun,Mande Rubiah selalu menggedongnya kemana-mana.
Pada suatu malam,ketika Mande Rubiah dan Malin sedang makan malam dirumah mereka di tepi pantai,Malin bertanya kepada ibunya,”Mande,buliah Malin batanyo? (Ibu,bolehkan Malin bertanya?)”,ibunya menjawab”Apo tu nak? (Apa itu nak ?)”,Malin berkata” Katiko Malin sadang main jo kawan kawan Malin,Malin caliak kawan kawan malin tu dijapuik dek apak apak nyo pulang karumah? Malin ndak ado nan manjapuik, Kama Apak Malin Mande? (Ketika Malin sedang bermain dengan teman teman,Malin melihat teman teman malin dijemput oleh bapaknya untuk pulang kerumah,Malin tidak ada yang menjemput,Kemana Bapak Malin bu?)”.Mendengar pertanyaan dari seorang anak yang polos itu,Mande Rubiah tak kuasa menahan air mata,seraya berkata”Malin,Apak ang dulunyo nelayan,katiko tu apak ang pai mancari ikan,tapi……ndak pernah baliak lai (Malin,Bapak kamu dulunya seorang nelayan,ketika bapakmu pergi mencari ikan,tapi….tidaj pernah kembali lagi)”,mendengar begitu Malin juga tak kuasa menahan air mata.Ia segera memeluk ibunya.Malam yang pilu.
Hari berganti bulan,bulan berganti tahun,Malin tumbuh menjadi seorang pria dewasa yang tampan dan kuat.Suatu hari,ia melihat seorang Nahkoda kapal melabuhkan kapalnya di pelabuhan Pantai Air Manis,Padang,Sumatera Barat.Melihat hal tersebut ,Malin langsung lari kerumah mencari ibunya.Setelah bertemu,Malin meminta izin kepada ibunya untuk pergi merantau bersama Nahkoda kapal tersebut.Namun,Mande Rubiah menolak permintaan Malin.Dengan segala permohonan dan keyakinan,akhirnya Mande Rubiah mengizinkan Malin untuk merantau.
Dengan semangat membara,Malin bekerja kepada nahkoda.Malin mengabdikan dirinya bertahun-tahun.Dalam pengabdiannya,Nahkoda selalu melihat semangat dan dan kerja keras Malin.Akhirnya Nahkoda pun memutuskan untuk menjadikan Nahkoda selanjutnya karena ia cocok untuk jabatan tersebut.Belum itu saja,Malin juga dinikahkan dengan putri Nakoda tesebut.
Beberapa tahun lamanya,Malin dan istrinya memutuskan untuk berlibur ke pulau Sumatera.Ketika Malin melabuhkan kapalnya dipulau tersebut.Penduduk kampung tercengang dan langsung memberitahu Mande Rubiah yang tak lain adalah ibu Malin.Dengan umur yang telah tua,Mande Rubiah lari dengan bercucur air mata,air mata kebahagiaan.Dari Kejauahan ia meneriakkan nama anaknya.
Malin terkejut,ia tahu itu adalah ibunya dan juga ingin memeluk ibunya itu.Namun,ia terlalu malu dengan ibunya,malu didepan istrinya yang kaya raya,sedangkan ibunya sudah tua dan miskin.Akhirnya, Malin dengan lancnag langsung menendang ibunya jauh jauh.Penduduk kampung tidak percaya dengan apa yang mereka saksikan.Dalam tangisan,ibu Malin mohon kepada Tuhan untuk memberikan pelajaran kepada anaknya.
Setelah kejadian itu Malin memtuskan untuk kembali berlayar,Namun sebelum kapalnya jauh meninggalkan dermaga,Tiba tiba awan berubah menjadi hitam dan Ombak pun bergulung gulung dengan besarnya.Kilat dan petir membahana.Ombak itu pun akhirnya meporak porandakan Kapal tersebut dan Malin terdampar ke tepian.Ditepian ia bersujud meminta ampun kepada ibunya,tak lama,Malin Kundang Berubah menjadi Batu.Itulah pelajaran bagi kita bahwa Durhaka Kepada Orang tua yang telah mengasihi dan menyayangi kita.Semoga cerita singkat ini dapat memberikan kita pelajaran beharga bahwa sayangilah orang tua,dan jangan pernah durhaka kepada mereka.